10 November 2010
Rahasia Pembangunan Piramida
Begitu banyak ilmuwan dari seluruh dunia yang mencoba untuk memahami bagaimana orang Mesir membangun piramida raksasa mereka. Hasilnya adalah sejumlah teori atau dugaan-dugaan ilmiah, baik yang saling mendukung maupun bertolak belakang. Dalam komunitas sains belum ada konsensus soal bagaimana gunung limas itu bisa berdiri. Kini, seorang arsitek dan peneliti asal Universitas Sains dan Teknologi Norwegia mengklaim bahwa dia punya jawaban untuk teka-teki kuno yang belum terpecahkan tersebut.
Fokus perhatian para peneliti umumnya adalah soal berat batu-batu pembentuk bangunan, sehingga mereka cenderung mengabaikan dua masalah utama: Bagaimana orang Mesir bisa tahu persis di mana harus menempatkan blok bangunan yang sangat berat itu? Dan, bagaimana sang arsitek mampu mengatur dan berkomunikasi dengan para tukang secara rinci, sementara konon proyek raksasa itu butuh setidaknya 10.000 tenaga kerja buat menyelesaikannya?
Itu tadi adalah beberapa pertanyaan yang berusaha dijawan Ole J. Bryn ketika memulai meneliti Piramida Giza. Piramida yang dibangun Firaun Khufu itu lebih dikenal sebagai Piramida Cheops, yang terdiri dari 2,3 juta blok batu gamping dengan berat total sekitar 7 juta ton. Bangunan setinggi 146,6 meter itu memegang rekor sebagai bangunan tertinggi yang pernah dibangun selama hampir 4000 tahun sejak keberadaannya.
Temuan profesor Bryn ternyata cukup sederhana. Dia percaya bahwa arsitek Mesir kuno sudah menemukan struktur tata letak bangunan (grid) seperti jaman sekarang, yaitu dengan memisahkan antara sistem pengukur struktur dengan bangunan fisiknya sendiri.
Bryn telah memelajari tiga puluh rencana pembangunan Piramida Mesir dan menemukan sebuah sistem presisi yang memungkinkan orang Mesir membangun titik puncak piramida yang terakhir, tertinggi, dan dengan presisi yang akurat. Sepanjang si arsitek tahu dimensi utama piramida, dia dapat memproyeksi bangunan seperti pada bangunan modern, tetapi dengan metode pembangunan dan pengukuran ala Mesir kuno tentunya.
Dalam sebuah artikel ilmiah terbitan Mei 2010 dalam "Nordic Journal of Architectural Research", Bryn membahas aspek yang dapat menjelaskan pembangunan banyak piramida Mesir dengan mengambil grid bangunan, bukan bangunan fisik itu sendiri sebagai titik awal analisis.
Jika prinsip-prinsip di balik gambar-gambar analisis Bryn benar, para arkeolog akan memiliki "peta" baru yang menunjukkan bahwa piramida bukan sekadar "sekelompok batu berat dengan struktur tak diketahui", melainkan struktur yang sangat cermat dan tepat.
Temuan Ole J. Bryn telah dipresentasikan dan dijelaskan pada pameran The Point Apex di Trondheim, 13 September - 1 Oktober lalu. Pameran ini adalah bagian dari perayaan resmi seratus tahun (1910-2010) dari Universitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Norwegia.
Artikel Terkait: Berita,
Pengetahuan,
Riset,
Teknologi
0 Komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan pesan baik Anda puas maupun tidak. Saya juga tidak keberatan pengunjung meninggalkan komentar dengan tautan balik (backlink) sepanjang komentarnya cukup relevan, tidak terlalu promosi atau jualan. Terima kasih atas kunjungan Anda.