04 November 2010

- - 1 comment

Cara Kerja Detektor Tsunami

Banyak orang bicara sistem peringatan dini gelombang tsunami. Untuk Indonesia kabarnya kita memakai sistem yang bernama German Indonesian Tsunami Early Warning System (GITEWS). GITEWS beroperasi sejak 11 November 2008. Kebutuhan untuk memiliki sistem peringatan yang andal mengemuka setelah tsunami 26 Desember 2004 di Aceh, yang menghasilkan gelombang air laut sampai 15 meter hingga pesisir Somalia berjarak sekitar 4500 km dari pusat gempa.
Bagaimana cara kerjanya sih? Berikut ini adalah grafis yang menerangkan cara kerjanya berikut video resmi dari GITEWS.


Beberapa fitur GITEWS

* Sistem ini konon telah dimodifikasi supaya sesuai dengan kondisi Indonesia dan berbeda dari sistem peringatan dini lainnya karena memakai perangkat teknologi terbaru.

* Ketika tsunami terjadi, gelombang pasang (dalam kasus ekstrim) bisa mencapai pantai dalam waktu 20 menit, sehingga hanya sedikit waktu tersisa untuk memperingatkan penduduk sekitar. Ini adalah faktor utama yang dijadikan pertimbangan untuk konsep seluruh system.

* Mengingat lebih dari 90% tsunami disebabkan gempa bumi yang cukup kuat, sistem ini menggunakan perangkat lunak bernama SeisComP3, yang bisa dengan cepat (dalam dua menit) memastikan lokasi dan kekuatan gempa. Total jaringan seismologi di seluruh Indonesia pada 2008 ketika sistem ini dipasang, jumlahnya tak kurang dari 120 stasiun pengamatan. SeisComP3 juga digunakan di India, Maladewa, Pakistan, Thailand, dan Afrika Selatan.

* Sistem ini juga menggunakan:
  • Pengukur gelombang pasang yang terintegrasi dengan sistem penerimaan GPS dalam menerima data level permukaan laut (vertikal dan horisontal) di sembilan lokasi di Samudera Hindia.
  • Buoy GPS yang bekerja secara independen sebagai pengukur tsunami
  • Perangkat lunak bernama TsunAWI untuk mensimulasi dan menyatukan gambaran umum situasi secara keseluruhan dengan membandingkannya dengan database.
  • Decision Support System (DSS) untuk mengumpulkan semua data, informasi, dan pemodelan arus untuk membuat keputusan apakah peringatan tsunami perlu disebarluaskan atau tidak.

Sistem yang kabarnya berbanderol 1,4 triliun rupiah (US$ 130,2 juta) ini sebetulnya sudah dirancang dan teruji dengan baik untuk mendeteksi gempa serta andal memprediksi kemungkinan tsunami hanya dalam tempo lima menit. Kendati begitu, sistem sebaik apapun tentu masih menyisakan kemungkinan gagal mengingat banyak faktor tak terduga yang bisa membuat sistem canggih ini batal bekerja.

1 komentar:

  1. Bencana alam sangat sulit dihindari yang paling bisa dilakukan adalah mendeteksi dan belajar cara penanggulangan bencana untuk mengurangi resiko jika sewaktu-waktu datang, contohnya seperti benjir, gempa atau tsunami

    BalasHapus

Tinggalkan pesan baik Anda puas maupun tidak. Saya juga tidak keberatan pengunjung meninggalkan komentar dengan tautan balik (backlink) sepanjang komentarnya cukup relevan, tidak terlalu promosi atau jualan. Terima kasih atas kunjungan Anda.

Beranda - Tentang Berita Pilihan - Kebijakan Privasi - Kontak