Pidato Presiden SBY di Bursa Efek Indonesia, Senin (3/1/2011) lalu, kabarnya membuat hadirin, terutama sejumlah wartawan dari berbagai media, ngakak (tertawa cukup keras) sampai sempat dimarahi salah satu anggota Paspampres. "Pemulihan ekonomi untuk menjaga kesejahteraan rakyat, atau dengan bahasa bebas saya katakan minimizing the impact of the global economic crisis," kata SBY dalam salah satu petikan istilah Inggris yang disampaikannya.
Terang saja, para wartawan adalah orang-orang yang sehari-harinya berkecimpung dengan bidang bahasa, yaitu melalui tulisan maupun reportase lisan di radio atau televisi. Buat saya isi pidato campursari itu juga lucu. Dalam benak saya (dan mungkin para wartawan itu) langsung muncul sosok Cinta Laura. Ya, "gaya" bahasa campursarinya sudah sering kita dengar. Buat sebagian orang mungkin hal semacam itu wajar karena dia itu kan anak blasteran. Cuma, buat saya tetap aneh sebab ayah Cinta Laura setahu saya bule asal Jerman, tapi kok bahasa yang dia pakai campursari Indonesia-Inggris. Ini termasuk anomali sepertinya.
Itu baru bahasa lisan. Mungkin itu tandanya Bahasa Indonesia termasuk bahasa yang sulit dipelajari, termasuk bagi orang Indonesia sendiri tampaknya. Saya sendiri belum terlalu lama menyadari pentingnya belajar bahasa setelah banyak melakukan kesalahan dalam berbahasa. Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Kalau apa yang kita sampaikan salah dipahami, akibatnya tentu bisa macam-macam. Siapa tahu pernah ada perang akibat salah bicara.
Semestinya bahasa perlu mendapat perhatian lebih serius, apalagi oleh para pengurus negara. Dalam kehidupan sehari-hari ada banyak kesalahan berbahasa yang menurut saya termasuk parah. Misalnya, banyak orang sering menyebut diri mereka dengan "kita" padahal maksudnya "kami". Kita? Elu kali. Begitu olok-olok yang dulu sering saya dengar. Entah dari mana asal-usul kerancuan berbahasa itu. Sepertinya pelajaran bahasa di sekolah sudah tidak kurang, mulai SD sampai perguruan tinggi. Sepertinya hal-hal macam itu sering dan tetap terjadi salah satunya lantaran sudah biasa, wajar, dan boleh jadi lama-lama dianggap benar. Aneh.
By the way *halah*, Anda tahu terjemahan dari kata-kata seperti download, upload, error, keyboard, mouse, username, dan password? Kalau belum tahu mungkin ini saatnya Anda tahu. Sekalipun nantinya tak terpakai dalam percakapan maupun interaksi dengan tulisan (karena sudah kenal lebih dulu dengan istilah dari sononya), tapi sebaiknya kita tahu terjemahan yang betul.
Download setahu saya diterjemahkan menjadi "unduh", upload menjadi "unggah", error menjadi "galat", keyboard seingat saya menjadi "kibor", mouse artinya "tetikus", dan password adalah "kata kunci". Tapi, kalau diterjemahkan menjadi kata kunci, bagaimana dengan keyword? Untuk kata terakhir tadi ada terjemahan bahasa Melayu yang menarik: kata laluan.
Lalu, belum lama ini saya menonton acara di sebuah saluran (channel) tv kabel yang menerjemahkan survivor menjadi "pesintas". Hah? Pesintas?
Ya. Ternyata dalam Bahasa Indonesia ada kata sintas, yang artinya terus bertahan hidup, mampu mempertahankan keberadaannya. Jadi, orang yang mampu mempertahankan keberadaannya, seorang survivor, disebut pesintas.
04 Januari 2011
Mari Kita Belajar Bahasa Indonesia (Let's Learn Indonesian Language)
Artikel Terkait: Internet,
Lingkungan,
Pengetahuan,
Sosial
Mari kita juga belajar bahasa Daerah dan Inggris....agar akar budaya kita enggak hilang serta dapat menjadi manusia global
BalasHapussuka banget ya pejabat itu bercampursari dalam bercakapnya tuh. malah seakan dihalalkan dan bukan termasuk penistaan bahasa. ha ha ha
BalasHapuswkwkwk... emang bro... baru sebulan ke luar negri aja udah belagak lupa bahasa sendiri
BalasHapusBahasa Indonesia memang penting untuk dipelajari..
BalasHapusbetul gan... thx udah mampir
BalasHapus