28 November 2014

- - Beri respon

Keperkasaan Atlet Putri - Annika Sorenstam

Tak banyak yang mengenal nama Annika Sorenstam. Ia adalah pegolf nomor wahid di turnamen LPGA. Atlet asal Swedia itu baru-baru ini mendapat penghargaan sebagai atlet putri terbaik 2005. Gelar itu adalah yang kedua kali berturut-turut sejak 2004 lalu.

Lapangan golf pertama
Annika Sorenstam, ingin diingat sebagai pegolf andal (Ilustrasi)
Prestasi perempuan kelahiran Stockholm, 9 Oktober 1970 itu memang tergolong luar biasa. Dari 20 seri turnamen yang pernah diikutinya, Sorenstam berhasil menjuarai setengahnya. Tak heran kalau tahun ini ia dinobatkan kembali sebagai Female Athlete of the Year oleh Associated Press. Sorenstam menang telak atas pesaingnya dalam pemilihan yang dilakukan di berbagai negara. Ia mengungguli Diana Taurasi, pebasket NCAA peraih penghargaan WNBA's Rookie of the Year, yang menjadi pesaing terdekatnya. Selain Taurasi, Sorenstam juga memupuskan kans Maria Sharapova, petenis muda asal Rusia yang tengah naik daun.

Lulusan University of Arizona, yang 9 Oktober lalu merayakan ulang tahunnya yang ke-35 itu oleh banyak pengamat dianggap sebagai salah satu pegolf paling dominan masa kini. Keperkasaannya bahkan disejajarkan dengan Tiger Woods atau Vijay Singh. Hal itu karena Sorenstam pun ikut bersaing dalam turnamen untuk kategori pria, yaitu PGA Tour, meski hanya sekali setahun. Meskipun dijuluki atlet putri paling dominan sepanjang sejarah, tapi ketenaran Annika Sorenstam tetap saja kalah dibanding atlet putra.
Selain Sorenstam, sebenarnya banyak atlet putri yang juga mampu mendominasi dunianya.

Contohnya antara lain Yelena Isinbayeva, pelompat galah asal Rusia. Selama 13 kali berturut-turut pada kompetisi atletik indoor maupun outdoor, dominasi Isinbayeva tetap tak tertandingi. Ia lantas dijuluki Sergei Bubka perempuan karena keperkasaannya itu.

Ada banyak analisis seputar dominasi atlet putri di cabangnya masing-masing. Sebagian pakar menyatakan bahwa persaingan di kategori putri tidak terlalu ketat karena minim peserta, sehingga kemungkinan terjadinya dominasi lebih besar dibanding di putra. Kalau melihat kasus Isinbayeva, analisis di atas boleh dianggap benar.

Namun, kalau melihat cabang renang atau senam, misalnya. Yana Klochkova termasuk atlet dominan di cabang renang dan jumlah pesertanya pun relatif sama dengan kategori pria, sehingga prestasi Klochkova dihasilkan dalam situasi yang sangat kompetitif. Klochkova bisa meraih medali emas di empat nomor sekaligus.

Ada lagi analisis yang dibuat oleh Marie Hodges-Hutton, seorang pakar sosiologi olah raga dari Universitas Yale. Menurutnya, telah terjadi ketimpangan dalam menilai prestasi atlet putri. “Prestasi atlet putri masa kini sebetulnya sudah jauh berkembang, namun masyarakat lebih menghargai penampilannya,” kata Hodges-Hutton. “Lalu kita punya pegolf macam John Daly, yang dianggap sebagai superstar walaupun penampilannya tidak begitu menarik,” lanjutnya.

Untuk mendukung teorinya, Hodges-Hutton mengambil contoh Anna Kournikova. Petenis asal Rusia itu tak pernah sekalipun memenangi turnamen tenis, tapi popularitasnya jauh melebih petenis yang prestasinya lebih baik. “Sebagai atlet Sorenstam ingin dikenang karena kemampuan serta kepribadiannya, bukan karena kecantikan maupun bentuk tubuhnya” ungkap Mark Steinberg, agen pribadi Sorenstam.

Artikel arsip tahun 2005

0 Komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan pesan baik Anda puas maupun tidak. Saya juga tidak keberatan pengunjung meninggalkan komentar dengan tautan balik (backlink) sepanjang komentarnya cukup relevan, tidak terlalu promosi atau jualan. Terima kasih atas kunjungan Anda.

Beranda - Tentang Berita Pilihan - Kebijakan Privasi - Kontak