10 Februari 2014

- - Beri respon

Sisi Gelap Produk Pemutih Kulit

Cantik itu putih. Kalau kulit Anda putih, pakaian apapun cocok. Kulit tidak putih (kuning, coklat, hitam, merah) artinya tidak cantik. Kulit putih juga penting buat mereka yang tampil di layar kaca atau layar lebar. Sebab, mereka jadi tampak lebih segar, cerah, ceria, cantik? Ini gagasan yang tampaknya sangat diterima di Indonesia dan konon di banyak negara Asia lainnya. Maka, produk pencerah atau pemutih kulit sangat laku bahkan bagi para cowok sekalipun.

Sebuah artikel dari The Guardian mengritik soal ini. Industri kosmetik secara tradisional memang bergantung pada orang-orang yang kurang percaya diri atau merasa kurang lengkap bila tampil tanpa produk tertentu. Namun, menurut artikel tersebut, krim pemutih kulit didasari pada hierarki kecantikan rasial. Cewek bule dianggap lebih cantik karena kulitnya putih, hidung mancung (ini menyebabkan operasi plasti laku), mata berwarna, tinggi semampai, dll.

Kulit putih artinya cantik?
Ini ilustrasi saja dari stok yang sudah ada.
Di India, gagasan bahwa mereka yang berkulit lebih cerah lebih baik macam warisan kelas kasta dan katanya menimbulkan ketimpangan dalam keadilan sosial di masyarakat. Isu-isu seperti pekerjaan dan hubungan cinta seringkali bertumpu pada warna kulit, sehingga banyak orang berinvestasi lewat krim pemutih demi harapan beroleh kehidupan lebih baik. Dengan memanfaatkan ketimpangan inilah, ratusan produk mulai pemutih wajah, pemutih ketiak, dan bah pemutih genital laris manis.

Menurut Tansy Hoskins, penulis artikel tertaut, di negara-negara seperti India dan Thailand (Indonesia mungkin juga) sulit ditemukan produk kecantikan yang tidak mengklaim dapat mencerahkan atau memutihkan. Di Nigeria, konon ada produk dengan model selebriti baru saja diluncurkan dan terjual habis dalam waktu 24 jam. Lah, Nigeria kan adanya di Afrika, yang secara kulitnya memang hitam.

Artikel ini menyinggung sejumlah perusahaan global yang terlibat termasuk Unilever, Ponds, Vaseline, Dove.

Untuk menantang iklim diskriminasi nilai kecantikan ini, sebuah LSM India disebut telah mendirikan kampanye tandingan bertema "Dark is Beautiful". Direktur kampanye, Kavitha Emmanuel, mengatakan proyek ini hasil kerja bareng dengan anak-anak dan kaum muda. "Isu warna kulit terus hadir. Kami melihat bagaimana hal itu membuat orang-orang muda -khususnya gadis muda- merasa seolah-olah tak cukup cantik," jelasnya.


"Bias Warna kulit (ini) mempengaruhi orang secara psikologis, berefek pada performa seorang anak di sekolah karena tingkat kepercayaan diri mereka turun. Dan, ketika masuk masa pernikahan, kita kembali menemukan (bahwa) warna kulit memainkan peran vital".

Pada bulan Januari lalu, Emmanuel menyampaikan petisi yang ditandatangani 30.000 orang ditujukan untuk perusahaan kosmetik, Emami. Mereka meminta produsen menarik sebuah iklan yang sangat diskriminatif. Managing Director Emami sempat memberi pernyataan, "Ada kebutuhan dalam masyarakat kita untuk krim pencerah, jadi kami memenuhi kebutuhan tersebut." Dia menolak menarik iklan.

Namun, LSM tadi kemudian melobi Dewan Periklanan India untuk mengesahkan undang-undang menentang iklan yang mendiskriminasi warna kulit (gelap).

Kulit, warna apapun, adalah bawaan lahir atau genetis dan umumnya tidak bisa disebut cacat. Kalau orang merasa kurang sempurna dengan kulit alami yang dimilikinya, barangkali problemnya memang bukan di tubuh fisiknya. Jadi, tampaknya penjajahan juga terjadi pada warna kulit?

0 Komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan pesan baik Anda puas maupun tidak. Saya juga tidak keberatan pengunjung meninggalkan komentar dengan tautan balik (backlink) sepanjang komentarnya cukup relevan, tidak terlalu promosi atau jualan. Terima kasih atas kunjungan Anda.

Beranda - Tentang Berita Pilihan - Kebijakan Privasi - Kontak