18 Februari 2011

- -

Tanaman ini Berubah Warna Kalau Mendeteksi Polusi dan Bahan Bom

Siapa bilang tembakau tidak ada gunanya? Mungkin suatu ketika di masa depan akan datang hari ketika seonggok tanaman tembakau di tempat kerja Anda tiba-tiba memutih. Ketika itu pula orang-orang di dalam gedung berlarian keluar dari gedung. Mereka panik karena ada tanaman memutih yang menunjukkan adanya gas beracun di dalam ruangan.


Namun, sebelum skenario futuristik itu dapat terjadi, masih ada sejumlah pekerjaan yang perlu dilakukan. Itulah yang sekarang sedang diteliti seorang pakar tanaman di Colorado State University (CSU) bidang biologi, Doktor June Medford. Dia sedang berusaha mengubah sifat sebuah tanaman khusus untuk berhenti memroduksi klorofil bila mereka mendeteksi polutan atau bahan peledak di udara.

Menurut Medford, tanaman seperti tembakau ternyata punya daya "penciuman" baik atau bahkan jauh lebih baik dari hidung seekor anjing untuk mendeteksi zat yang ada di udara. Akan tetapi, tidak seperti anjing, tanaman tidak perlu dilatih. Mereka juga tak perlu dialiri listrik atau diproteksi dari unsur-unsur alami yang merusak (seperti karat dsb) seperti perangkat elektronik.

Dengan bantuan beberapa rekan dari Duke University dan University of Washington, Medford mendesain ulang sifat reseptor protein alami yang ada pada tanaman dengan program komputer. Reseptor hasil modifikasi itu lalu diterapkan dan diuji pada tanaman.

Untuk generasi pertama tanaman termodifikasi, reseptor baru itu diharapkan mampu mendeteksi polutan serta bahan peledak di udara atau tanah dekat tanaman. Hasilnya akan menyebabkan penurunan produksi klorofil secara drastis dalam hitungan jam. Untuk generasi berikutnya, Medford dan tim CSU akan berusaha menurunkan waktu reaksi dari jam ke hitungan menit. Mereka juga berniat mengembangkan tanaman yang mampu mengubah warnanya secara halus dan sulit dideteksi kasat mata. Tujuannya supaya penegak hukum bisa menggunakan peralatan tertentu (seperti lampu inframerah) untuk mendeteksi aktivitas seperti pembuat bom (atau mungkin juga narkoba) sebelum para tersangka tahu bahwa kegiatan mereka telah terdeteksi.

Setelah polutan atau bahan peledak disingkirkan, tanaman detektor itu bisa kembali berwarna hijau seperti biasa lagi. Tanaman "berdaya cium" macam ini mungkin bisa disebar di berbagai lokasi yang rentan bahaya kejahatan terorisme seperti bandara misalnya, mal, stadion, atau sekitar sekolah dan rumah-rumah penduduk. Bila jumlahnya cukup banyak, satelit pun bahkan bakal mampu mendeteksi perubahan warna mereka. Katanya tanaman apapun bisa dipakai dan masing-masing bisa mendeteksi polutan.

Masalahnya, tanaman yang dimaksud belum bisa diproduksi mengingat masih butuh penelitian bertahun-tahun lagi. Namun, kalaupun sudah, penyebarluasan tanaman hasil rekayasa genetik tersebut mungkin akan mendapat hambatan tersendiri baik dari legislasi maupun dampak lingkungan yang akan ditimbulkannya.

Mantap. Setelah ada cacing yang bisa mendaur ulang limbah beracun, sekarang ada tanaman pendeteksi racun. Kalau saya sih mungkin akan memodifikasi tanaman supaya selama 24 jam, siang dan malam, tetap menyedot CO2 dan gas beracun.

Sumber: gizmag
Beranda - Tentang Berita Pilihan - Kebijakan Privasi - Kontak