18 November 2010

- - 3 comments

Bahaya Krisis Pangan Akibat Perubahan Iklim dan Bencana 2011

Sudah tahu soal menipisnya cadangan minyak bumi dunia? Belum? Ya sudah. Sekarang ada kabar baru yang lebih penting dan mendesak. Ini soal krisis pangan yang diperkirakan bakal melanda dunia tahun depan. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) krisis pangan bisa melanda dunia pada 2011 mendatang.

Perubahan iklim, spekulan, meningkatnya kompetisi untuk memroduksi biofuel, serta lonjakan permintaan di pasar Asia Timur adalah faktor-faktor yang akan mendorong harga pangan global naik tajam tahun depan. Di luar itu juga masih banyak faktor penyebab krisis pangan lainnya. FAO mengingatkan dunia agar melakukan persiapan untuk mengantisipasi kenaikan harga pangan.  FAO memrediksi adanya lonjakan harga hingga 41 persen untuk gandum, 47 persen untuk jagung, dan sepertiga untuk gula. Terakhir kali hal itu terjadi sampai memicu kerusuhan dari Meksiko hingga Indonesia.

Untuk Indonesia, tahun ini saja lahan produksi pangan jelas berkurang akibat bencana di Mentawai, Wasior, dan Merapi. Dari tiga tempat itu saja sudah jelas bahwa produksi dan stok pangan kita kemungkinan bisa menyusut. Ini dengan asumsi bahwa tidak ada pembukaan lahan baru atau upaya peningkatan produksi di lahan yang sudah ada. Belum lagi bila memerhitungkan faktor banyaknya konversi lahan pertanian menjadi perumahan atau bahkan lapangan golf, misalnya. Juga ada kemungkinan ada lahan yang tadinya untuk pangan, tetapi dikonversi untuk memroduksi bahan bakar seperti lahan kelapa sawit.

Untuk mengembalikan produksi seperti semula, yaitu dengan merehabilitasi di tiga tempat tadi, tentunya butuh waktu. Untuk kasus Merapi, walau nantinya di kawasan itu tanahnya bakal menjadi sangat subur, namun proses pemulihan lahan sendiri memakan waktu setidaknya 10 tahun.


Lebih lanjut tentang peringatan badan PBB itu, para pemerhati lingkungan tentu bakal sangat khawatir, mengingat FAO secara eksplisit juga mengakui perubahan iklim sebagai faktor yang membahayakan pasokan pangan. FAO mengatakan bahwa efek cuaca buruk tidak diragukan lagi merupakan pendorong utama menurunnya produksi. Tahun ini di Indonesia juga sudah di beberapa tempat terjadi gagal panen akibat cuaca yang tidak menentu.

Buat mereka yang tinggal di lokasi-lokasi aman dan murah sandang-pangan, kekhawatiran FAO tersebut mungkin tak terlalu terasa. Tapi, coba kita tengok saudara-saudara kita di NTT. Buat mereka krisis pangan sudah terjadi. Kabarnya pemerintah sudah sejak Agustus lalu menyediakan anggaran 2 Trilyun rupiah buat mengantisipasi lonjakan harga.

Tapi, itu cuma antisipasi kenaikan harga saja. Antisipasi buat krisis pangan akibat penurunan produksinya mana? Ada yang tahu? Yah, mudah-mudahan sih sudah dipersiapkan atau lebih bagus lagi kalau sudah dijalankan. Mudah-mudahan juga tidak ada korupsi dalam penanganan masalah yang sangat penting seperti itu.

3 komentar:

  1. wah....infonya bagus ni, krisis pangan memang sedang terjadi di negeri kita tercinta ini....hmm....

    BalasHapus
  2. Tantangan buat manusia untuk membuktikan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipelajari manusia dapat mengatasi tantangan alam termasuk krisis pangan yang diramalkan akan terjadi ini.

    Ini sebenarnya bukan tantangan pertama krisis pangan yang dihadapi manusia. Manusia sudah sering mengatasinya dengan sangat baik walaupun pernah pula beberapa kali hasilnya kurang menggembirakan...

    BalasHapus
  3. @Teras info: tengkiu gan... hmmm...

    @Yari NK: masalahnya manusia di sini juga termasuk koruptor... hehehe...

    makasih kunjungan dan komentarnya

    BalasHapus

Tinggalkan pesan baik Anda puas maupun tidak. Saya juga tidak keberatan pengunjung meninggalkan komentar dengan tautan balik (backlink) sepanjang komentarnya cukup relevan, tidak terlalu promosi atau jualan. Terima kasih atas kunjungan Anda.

Beranda - Tentang Berita Pilihan - Kebijakan Privasi - Kontak