Pembangkit Listrik Tenaga Panas Jalan Raya (PLTPJR)?

Apa sih penyebab suhu di kota-kota besar lebih panas dari daerah-daerah pinggiran kota? Salah satunya karena banyak jalan beraspal. Panas yang memancar dari aspal jalan raya adalah salah satu faktor utama mengapa suhu di kota jauh lebih panas ketimbang daerah pinggiran kota atau pedesaan.

Kini, sebuah tim peneliti dari Universitas Rhode Island sedang mengkaji metode untuk memanfaatkan panas dari energi matahari itu untuk melelehkan es, menyalakan lampu jalan, lampu merah, menghangatkan bangunan, dan lain-lain. Idenya mirip dengan pembangkit listrik tenaga panas bumi (geothermal), yang di Indonesia kabarnya bisa menghasilkan sampai 5000 Megawatt itu lho.

"Kita punya bermil-mil jalan aspal di seluruh negeri. Di musim panas (jalan aspal) menyerap banyak panas, yang bisa memanaskan jalan sampai 140 derajat fahrenheit (60 derajat celcius) atau lebih," papar K. Wayne Lee, profesor URI jurusan teknik sipil dan lingkungan yang memimpin penelitian. "Kalau bisa memanfaatkan panas itu, kita dapat menggunakannya untuk keperluan sehari-hari, menghemat bahan bakar fosil, dan mengurangi pemanasan global."

Mereka telah mengidentifikasi empat pendekatan potensial, dari yang sederhana sampai kompleks, dan mereka bertekad untuk membuat tiap potensi tersebut menjadi nyata.

Salah satu gagasan yang paling sederhana adalah membungkus bagian atas jalan dengan sel surya fleksibel (photovoltaics) untuk menyediakan listrik bagi lampu jalan dan lampu merah.

"Ini adalah proyek yang dapat dijalankan hari ini karena teknologi sudah ada," kata Lee. Pendekatan praktis lain menangkap energi surya dari jalan adalah dengan menanam pipa air di bawah aspal, sehingga walau tidak terkena sinar langsung matahari, namun air dalam pipa tetap bisa dipanaskan. Air panas tersebut kemudian disalurkan untuk mencairkan es misalnya. Air juga bisa disalurkan ke bangunan terdekat untuk memenuhi kebutuhan pemanas ruangan atau uap panasnya dipakai untuk memutar turbin di pembangkit listrik.

 Salah satu karakter aspal adalah mampu menyerap dan menahan panas dengan sangat baik, sehingga bahkan setelah matahari terbenam pun aspal dan air dalam pipa tetap panas. Studi menunjukkan bahwa dalam kondisi tertentu air dalam pipa bahkan lebih panas dari aspal.

Alternatif ketiga adalah menggunakan efek termoelektrik yang meski menghasilkan listrik tak seberapa, bila dua jenis semikonduktor itu terhubung membentuk rangkaian yang menghubungkan tempat panas dan dingin, efeknya bisa bisa menghasilkan tenaga listrik cukup besar untuk dimanfaatkan.

Profesor kimia, Sze Yang, dari URI berpendapat bahwa bahan-bahan termoelektrik bisa ditanam di jalan raya pada kedalaman yang berbeda--beberapa di tempat cerah dan lainnya di tempat teduh--dan perbedaan suhu antara bahan tersebut akan menghasilkan arus listrik. Bila cukup banyak rangkaian sistem ini dipasang secara paralel, akan cukup menghasilkan listrik untuk mencairkan es di jalan raya atau digunakan untuk keperluan lain. Namun yang digunakan bukan semikonduktor biasa, dia mengusulkan penggunaan keluarga semikonduktor polimer organik. Bahan ini katanya dapat diproduksi dengan murah dalam bentuk lembaran plastik.

Ide paling futuristik tim URI mungkin adalah usulan untuk sepenuhnya mengganti aspal jalan raya dengan lapisan blok-blok sel surya, lampu LED, dan sensor. Blok-blok jalan ini tentu dapat menghasilkan listrik dan sekaligus bisa dipasangi sistem peringatan dini bila butuh perawatan.

Jadi, ceritanya mau bikin jalan raya cerdas yang bisa menghasilkan listrik nih? Kalau begitu jangan lupa pasang tombol CTRL+ALT+DEL yang banyak di tepi jalan. Kalau sistem sedang error tinggal restart...