08 November 2010

- - Beri respon

Mau Lancar? Jangan Antri!

Mau lancar? Antri! Halah itu sudah basi, ketinggalan jaman, rikiplik. Sekarang jaman serba cepat, lancar, instan. Mana yang betul? Bisa dua-duanya betul bila mengabaikan konteks. Bagaimanapun antrian adalah sebuah persoalan yang mesti ditangani, walau mungkin tidak bisa dihilangkan sama sekali.


Kita tidak bisa hidup sendiri (kecuali Tarzan). Karena itu berdiri mengantri adalah keniscayaan, tak terelakkan. Meningkatnya jumlah manusia belum tentu bisa diimbangi dengan peningkatan atau kemajuan dalam pemenuhan kebutuhan. Dulu persaingan buat cari makan (sebelum jaman penjajahan) mungkin tak serumit sekarang. Kita tinggal di tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Orang hanya butuh niat untuk berusaha saja dan tidak perlu menunggu giliran. Bagaimana sekarang? Sudah bersusah-payah pun masih harus mengantri untuk membeli makanan. Contoh yang cukup pas semisal di supermarket.


Di Indonesia fasilitas umum (yang jumlahnya kemungkinan besar jauh di bawah kebutuhan) hanya butuh beberapa bulan atau bahkan hari untuk rusak atau dicuri. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menghormati hak pakai orang lain terhadap fasilitas umum ini pada gilirannya juga turut memperparah problem antrian.

Ada benarnya bila disebut bahwa sebagian besar masyarakat di Indonesia punya tingkat kepedulian lingkungan dan terhadap sesama yang rendah. Pernah melihat orang ramai menonton kecelakaan atau kebakaran? Seringkali pengendara di jalan mampir bila ada kejadian yang tidak lazim. Tapi untuk apa? Sebagian besar hanya menonton! Orang kesusahan kok malah ditonton. Ada pula istilah wisatawan bencana, yaitu orang yang gemar mengunjungi dan berfoto-foto di bekas lokasi bencana.

Lho, mulai ngelantur. Baiklah mari kembali ke masalah antrian. Ini soal antrian di negara yang konon sudah maju peradabannya.

Di sebuah negara yang juga dikenal karena "seni antrian" tampaknya mulai kehilangan kesabaran. Kabarnya survei menunjukkan, rata-rata orang dewasa di Inggris sekarang hanya mampu berdiri mengantri selama 10 menit 42 detik, sebelum emosi mereka menjadi labil.

Antrian paling dbenci adalah di kasir supermarket, diikuti oleh Kantor Pos dan check-in di bandara. Ini tidak hanya terjadi pada pengantri usia muda. Bahkan, responden yang lebih tua lebih dari 55 tahun 3 menit lebih dulu gelisah sebelum responden muda. Untuk mereka yang usianya di bawah 35 tahun memiliki kecenderungan lebih besar buat melampiaskan rasa frustrasi dalam antrian terhadap orang-orang di sekitar mereka.

Kebanyakan orang Inggris sekarang lebih suka menghindari antrian sama sekali, tepatnya 8 dari 10 orang dewasa. Menurut survei Payments Council, sebuah badan yang mengurusi strategi pembayaran di Inggris, masyarakat memilih membayar tagihan secara online.

Jajak pendapat online yang mendapat respon dari 2006 orang dewasa menemukan bahwa 1 dari 5 orang suka belanja di malam hari untuk menghindari antrian. Okelah, kalau masalah antrian cuma soal bayar belanjaan atau tagihan. Kalau mengantri naik bus, kereta api, atau wahana di tempat seperti Dunia Fantasi?

0 Komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan pesan baik Anda puas maupun tidak. Saya juga tidak keberatan pengunjung meninggalkan komentar dengan tautan balik (backlink) sepanjang komentarnya cukup relevan, tidak terlalu promosi atau jualan. Terima kasih atas kunjungan Anda.

Beranda - Tentang Berita Pilihan - Kebijakan Privasi - Kontak