20 Juni 2014

- - Beri respon

Air di Bumi Mungkin Berasal dari Dalam, Bukan dari Komet

Sebuah studi baru yang dilakukan oleh para peneliti di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa dalam lapisan mantel bumi yang terletak di antara kerak dan inti, terdapat cadangan air dalam jumlah sangat banyak, setidaknya tiga kali total volume air semua lautan di permukaan planet kita.
Air di bumi mungkin berasal dari dalam perut bumi sendiri.
Cadangan air bawah tanah ini tampaknya menjadi stabil dari masa ke masa dan letaknya pada kedalaman hingga 700 kilometer di bawah permukaan planet, tepatnya di zona antara antara bagian atas dan bawah mantel.

Penelitian dipimpin oleh pakar geofisika Steven Jacobsen dari Universitas Northwestern dan seismolog Brandon Schmandt dari University of New Mexico. Mereka memperkirakan cadangan air tersebut "terkunci" dalam bebatuan mineral yang disebut ringwoodite, yaitu struktur bebatuan kristal langka yang terbentuk dari olivin di bawah tekanan dan suhu yang sangat tinggi.

Keberadaan air tanah dalam jumlah besar ini membuka tabir baru soal siklus hidrologi bumi dan asal air laut dan samudera. Sebab, jumlahnya lebih kurang sama selama jutaan tahun. Beberapa pakar geologi percaya bahwa air di bumi berasal dari antariksa, khususnya dari komet es yang jatuh ke bumi.

Namun penemuan baru ini memperkuat dugaan bahwa ada kemungkinan alternatif bahwa lautan secara bertahap muncul dari dalam perut bumi, yang secara teratur didaur ulang terus menerus oleh lempeng tektonik. "Indikasi ini menunjukkan bahwa air di Bumi berasal dari dalam," kata Jacobsen kepada Science Daily.

Pengamatan seismik juga ditambah dengan percobaan di laboratorium, yang dari situ para peneliti menyimpulkan bahwa ringwoodite terhidrasi pada kedalaman sekitar 700 km dan bertindak seperti "spon", yang secara bertahap mencair di bawah tekanan dan suhu tinggi . "Ketika batu yang mengandung banyak H2O bergerak dari zona transisi ke dalam mantel bagian bawah, dia perlu menyingkirkan H2O, sehingga ada yang mencair sedikit. Ini disebut dehydration melting," kata Brandon Schmandt.

via: Science Daily

0 Komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan pesan baik Anda puas maupun tidak. Saya juga tidak keberatan pengunjung meninggalkan komentar dengan tautan balik (backlink) sepanjang komentarnya cukup relevan, tidak terlalu promosi atau jualan. Terima kasih atas kunjungan Anda.

Beranda - Tentang Berita Pilihan - Kebijakan Privasi - Kontak